Abdul Hamid
Beramal Dengan Tetesan Darah
Dia tidak hanya menolong orang dengan uang atau materi, melainkan juga dengan darah yang mengalir di tubuhnya.
"Setetes darah Anda adalah nyawa bagi yang sedang memerlukan". Slogan Palang Merah Indonesia (PMI) ini dipegang penuh oleh Drs Abdul Hamid. Karena itu pula, selain Kapolda Kalsel Anton Bachrul Alam, dia juga menjadi salah seorang dari 250 penyumbang darah pada Donor Darah Gembira Banjarmasin Post 2008, Senin (28/7) di Gedung Djok Mentaya BPost Jl AS Musyaffa No 16 Banjarmasin.
Ini bukan kali pertama dia melakukannya. Sejak puluhan tahun lalu tepatnya 1987 ketika masih mahasiswa, bermodal darah yang mengalir di tubuhnya, dia tidak segan membantu siapapun yang sedang kesusahan dan memerlukan darah.
"Pertama kali saya mendonor untuk ibu teman yang melahirkan dan mengalami pendarahan, kebetulan golongan darah saya O," kenangnya.
Waktu itu, lanjutnya, persis tengah malam dan tentu sulit mencari orang untuk donor darah. Dia harus berjalan kaki dari Mulawarman ke Rumah Sakit Bersalin Junjung Buih (sekarang lokasi Hotel Arum-red), dengan satu tekad turut berusaha menyelamatkan nyawa seorang ibu.
"Saya tidak apa-apa, tidak juga gugup atau takut ketika itu," ujar suami Noor Mahya SAg ini.
Selanjutnya, itu menjadi rutinitas. Selain mendonor melalui PMI di RSUD Ulin Banjarmasin, insidentil, atau kegiatan sosial donor darah, dia juga secara berkala masuk ke bangsal pasien-pasien yang dilihatnya kurang mampu di rumah sakit.
Demikian pula di hari ulang tahunnya, 10 Oktober, salah satunya diisi dengan menyumbang darah.
"Satu doa yang selalu saya panjatkan ketika mendonor di hari ultah, semoga tidak bermasalah darahnya dan diberi kesehatan sehingga dapat membantu orang lain," ujarnya.
Derma Darah
Dia tergerak mendonorkan darahnya selain dimotivasi unsur kemanusiaan, juga karena keinginan beramal. Maklum, menurutnya, dia adalah mahasiswa dari keluarga kurang mampu, sehingga sulit untuk bederma dengan materi. Jadilah, dia beramal dengan tetesan darah.
"Membantu uang saya tidak punya, akhirnya tidak ada yang saya sumbangkan selain darah. Sebab sampai kuliah selesai saya mendapat beasiswa Supersemar, dan juga didukung adik. Makanya, keberhasilan kuliah saya adalah juga keberhasilan adik dan keluarga," aku Hamid yang sejak 1993 menjadi PNS di lingkungan kantor BKKBN dan Catatan Sipil Kabupaten Barito Kuala.
Meski diakuinya, dia sempat juga terdorong menyumbang darah karena iming-iming mendapat penghargaan. Di zaman Presiden Soeharto, bagi yang mendonor 15 kali berhak atas piagam penghargaan.
Syukurnya, belum lagi angka itu diraihnya, baru 10 kali donor, dia sadar dan berusaha kembali meluruskan niat.
"Saya luruskan kembali niat, semata untuk membantu orang lain dan tidak terjebak pada iming-iming materi," ujarnya.
Manfaat Kesehatan
Ketika ekonominya membaik, bukan berarti aktivitas donor darah Abdul Hamid berhenti. Justru itu membuat dia, istri, anak-anak, dan keluarganya semakin peduli pada mereka yang papa. Walau tidak berlebih, dia tetap menyisihkan sebagian rezeki dan kemampuannya bagi mereka yang kurang beruntung.
Apalagi, dia juga beroleh manfaat dari donor darah. Setelah diambil darah, menurut Wakil Sekretaris Badan Pengelola Masjid Raya (BPMR) Sabilal Muhtadin, badan menjadi lebih segar
"Sebaliknya, bila lama tidak donor, misal hampir setahun dan waktunya mendekati hari ultah, badan rasanya tidak enak, terutama bagian punggung sakit dan pegal. Setelah itu saya langsung ke PMI, setor darah," akunya.
Tidak heran, bila pada kesempatan-kesempatan tertentu, dia juga berusaha mengkampanyekan donor darah.
"Resiko donor darah hampir tidak ada, hanya perlu niat dan kekuatan mental, kecuali bagi mereka yang memang ada masalah kesehatan," tandasnya. hamsi ali
No comments:
Post a Comment