Menyoroti gencarnya promosi calon pemimpin melalui media massa, Ketua Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Unlam, Hidayatullah, menilai sah-sah saja. Menonjolkan diri dilakukan untuk menarik simpati rakyat, baik dengan modal pribadi maupun dari lembaga pengusung. Dengan catatan, bila dari investor tidak mengikat Sebba bila mengikat, dikhawatirkan kalau jadi pemimpin hanya akan berusaha mengembalikan modal dan menjadi perpanjangan tangan kepentingan pengusaha.
"Namun soal layak dipilih atau tidak, itu tergantung tokohnya. Dia tidak sekadar dikenal wajahnya, melainkan juga ide-idenya," kata mahasiswa Fakultas Hukum ini.
Aktivis sosial kemasyarakatan Agus Salim SAg MPd menilai, seorang pemimpin, tidak hanya presiden, dipilih bukan karena wajah atau popularitasnya. Akan tetapi, karena kemampuan memahami dan menuntaskan persoalan masyarakat.
"Saya tidak setuju itu (promosi lewat media massa-red). Kita belum melihat bukti nyata. Mestinya dilihat figurnya, seperti sosok Rasulullah sehingga wajar bila dipuji-puji termasuk dari kalangan Nasrani, Yahudi, dan Majusi," ujarnya.
Figur dimaksud menjadi panutan seluruh umat, sebab memiliki watak konsisten, cerdas, tepercaya, profesional, mampu memenej yang dipimpinnya.
"Pemimpin juga harus bekerja keras dan visionir, memiliki kunci sukses program yang harus dituntaskan. Untuk itu, kita perlu berdayakan pemimpin dari bawah, yang sudah diakui keunggulannya di masyarakat," tegasnya.
Kepada masyarakat, dia juga mengingatkan agar mengambil pelajaran dari kesalahan dan kegagalan. "Masyarakat bisa membaca situasi kondisi dari sekarang, sehingga lebih cerdas memilih pemimpin," kata Agus Salim.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Wuihh tulisan2 kritis...
*aktipis yak??* he..he..
Post a Comment