Calon pemimpin tak hanya dilihat dari wajahnya, ide-ide dan keunggulannya di masyarakat juga perlu diketahui pemilih.
Meski pemilu dan pilpres 2009 terhitung masih lama, namun masyarakat sudah jauh-jauh hari memasang ancang-ancang. Pengalaman telah membuat masyarakat belajar. Salah memilih pemimpin, akibatnya rakyat juga yang menderita.
Orang-orang yang dipilih jadi pemimpin, ketika sudah duduk di kursi kekuasaan lupa dengan rakyat.
"Seperti penaikan harga bahan bakar minyak (BBM), kan rakyat juga yang menanggung beban paling berat. Padahal ketika kampanye, SBY-JK berjanji tidak menaikkan harga BBM," kata Tri Sarwono.
Bagi mahasiswa FKIP Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin ini, siapapun pemimpinnya tidak masalah. Asal, bisa memposisikan diri sebagai pengayom urusan umat dan mampu mengakomodir keinginan rakyat. Pemimpin harus berpihak pada kepentingan rakyat.
"Dengan menentukan kriteria pemimpin sejak awal, tidak hanya mengandalkan popularitas, diharapkan kedepan kita tidak salah lagi memilih pemimpin," ujarnya.
Ketua Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Unlam, Hidayatullah mengatakan, masyarakat sudah sangat kecewa dengan pemimpin bangsa. Hal ini terjadi karena masyarakat tidak terayomi.
"Kampanye janjinya pendidikan gratis, kesehatan gratis. Kenyataannya, hanya omong kosong," gugat Hidayatullah.
Seorang pemimpin, lanjutnya, seharusnya merujuk pada Rasulullah, sosok pengayom umat yang memiliki sifat menyampaikan (tablik), mampu mengelola sumber daya (amanah), mempu mengelola sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat (fathonah), dan bersifat jujur, tidak hanya manis di mulut (sidik).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment